Semester 6. Masa-masa kuliah yang menjenuhkan. Masa-masa dimana kuliah seperti berlalu dengan cepat dan tak terasa sudah di ujung jalan. Tinggal tersisa 2 semester lagi, dan semua akan tergantung dari semester-semester akhir ini. Entahlah, kita rehat sejenak dari hiruk pikuk ini dan beralih sejenak ke sesuatu yang lain. Seperti kehidupan tentang asmara mungkin? Iya tentang sebuah asmara. Kisah yang bisa bermakna baik maupun buruk, tergantung dari sudut mana kita memandang. Ada teman yang berkata kepada saya bahwa, “Setelah melewati hari penuh kelelahan, kejenuhan maupun keburukan, dimana esok kita akan bangun di pagi hari dengan harapan dan tatapan bahwa ada seseorang yang patut kita kejar dan mendorong kita untuk menjadi lebih baik, maka itulah hari-hari milik orang terbaik”. Bayangkan jika di suatu pagi kita bangun tanpa ada sedikitpun khayalan tentang seseorang yang kita impikan. Bisa jadi apa hidup kita? Seperti ruangan hampa, terhempas oleh tiupan badai angkasa, terlempar sampai ke planet antariksa, dan dijajah oleh sekumpulan alien tak bernyawa, aku siapa? Kamu siapa? Ini tulisan apa? A.. A.. A. Oleh karena itu disetiap bangun pagi, selalu ada yang saya impikan. Meskipun terlalu banyak kesialan yang menimpa saya dengan impian yang saya kejar tersebut. Sudah pasti esok pagi, disaat saya bangun. Impian itu akan tumbuh kembali dan tak tergoyahkan sedikitpun. Ketika hari sudah berakhir dan berganti ke hari selanjutnya, maka semua akan kembali ke 0 lagi, kembali ke awal mula. So.. kenapa kita harus menyerah. Seperti kata pepatah, “Di mulai dari 0 ya mas?”.
Salah
satu yang saya impikan di setiap bangun pagi adalah seseorang. Seseorang yang selalu
saya perjuangkan tak peduli apapun yang menghadang. Kecuali ada sesuatu yang
mendesak dan itu sudah sangat-sangat sulit untuk diperjuangkan, maka berarti
itu pertanda bahwa sudah seharusnya berhenti dan beralih ke impian yang lainnya.
Seperti yang saya alami, kalau kalian sudah membaca postingan saya tentang “Sorot Mata”, iya dia adalah salah satu
orang yang selalu saya impikan di setiap bangun pagi hingga kurang lebih 5
tahunan. Dan akhirnya itu semua harus berhenti. Karena ada suatu alasan yang
sudah tidak bisa saya perjuangkan, lain kali kita bicarakan. Beranjak dari situ
saya mulai mengalami kehidupan yang stagnan, berasa hidup di ruang hampa
sendirian. Inti dari semua masalah ini adalah bahwa perasaan yang saya bentuk
terlalu tertutup untuk orang lain dan hanya fokus ke seseorang yang saya
impikan selama bertahun-tahun. Oke akhirnya sedikit demi sedikit berusaha untuk
membuka, kita cari apakah ada sisa ruang di dalamnya. Dan setelah lama
merenung, akhirnya ketemu juga. Aneh, aneh sekali orang ini sudah lama berada
di dalam perasaan tapi kenapa tak pernah muncul ke permukaan. Kita beri orang
ini inisial “T” dan orang yang dalam
postingan “Sorot Mata” dengan inisial
“D”. Jadi T ini sebenarnya sudah ada sejak lama dalam diri saya, sekitar
tahun 2011 mungkin, atau lebih tepatnya ketika saya masih kelas 2 SMA. Tapi
karena terlalu fokus ke D semua ini
jadi tak pernah terlihat.
Satu
sekolah. Semua selalu berawal dengan kalimat “Witing tresno jalaran saka kulino”. Dan semoga tak berganti ke “Waiting tresno jalaran saka kulino”.
Mungkin perasaan ini berawal dari sering bertemu. T adalah adik kelas di sekolah sedangkan saya adalah kakak kelas.
Awal bertemu, seingatku momen itu terjadi di masjid sekolah. Di SMAku dulu
senin sampai kamis jadwal pulang sekolah sekitar jam 3 sore. Jadi jam 1
biasanya ada istirahat kedua dan kebanyakan digunakan untuk Sholat oleh
anak-anak. Sejelek-jelek perilaku saya, saya juga Sholat dulu waktu SMA.
Sekarang juga lah, Anak baik. Baiknya pas jam-jam tertentu. Oke waktu itu dia
habis Sholat dan duduk diteras masjid, mungkin dia lelah dan istirahat sejenak.
Datanglah sekompi pasukan masuk ke masjid, dan saya datang bersama dengan
sekompi pasukan tersebut. Oke, perasaan pertama bertemu langsung cocok. Sejuk
banget pas ngelihatnya, serasa tidur di bawah pohon rindang yang di kelilingi
oleh padang pasir. Dia nya duduk-duduk diserambi sambil ngobrol sama temannya,
senyum tipisnya menawan. Sementara saya tak jauh dari situ, mencoba mencuri-curi
pandang. Mata saya memandang, tangan kerja. Kerja comotin sepatu di teras
masjid masukin ke tas. Terkadang saking asyiknya lupa sepatu saya sendiri ikut
masuk ke dalam tas.. pulang dari masjid nyeker.. mikul banyak sepatu yang salah
satunya sepatu saya sendiri.. BECANDA. Selama beberapa kali akhirnya saya
sering ketemu dia di masjid. Orang ini seperti punya tempat spesial di hati,
sayang dulu terlalu memprioritaskan D
jadi seperti percuma meskipun orang ini juga spesial. Beranjak ke kelas 3 SMA,
Dianya masuk ke kelas 2 jurusan IPA. Beruntungnya saya juga jurusan IPA. Di SMA
saya dulu, denah kelas anak 2 IPA sama 3 IPA berada satu baris berurutan dan
tertutup di balik bangunan bertingkat. Kelas saya berada paling ujung karena
saya menempati kelas IPA 4, dan kantin berada di ujung sebaliknya. Sehingga
setiap mau ke kantin pasti lewat ke kelas Dia. Rata-rata dari setiap kunjungan
ke kantin pasti ketemu lah sama Dia di depan kelasnya. Sekali papasan berasa
sejuk di hati, dua kali papasan berasa terkena angin sepoi-sepoi, lama kelamaan
bisa-bisa terkena badai tornado di hati. Beruntung sekali, rejeki anak sholeh.
Sesekali lirik-lirik siapa tahu Dia nya tertarik. Eh rencana gagal, Dianya tak
tertarik sama sekali. Pernah suatu kali tanya ke temennya, minta nomernya terus
tanya-tanya tentang Dia. Dapet nomer telpnya langsung di sms, lama banget gak
bales-bales.. Eh tau-tau pas di cek nomernya udah gak aktif, Damn. Dan yang
paling menyedihkan dapat kabar dari temennya kalau Dia sudah ada yang punya.
Mundur secara perlahan-lahan dari kesejukan. Hari-hari selanjutnya di isi
dengan terus menerus seperti itu, tiba-tiba udah lulus aja dan berpisah.
Di
semester 6 kuliah ketika saya memutuskan untuk berhenti dan melangkah pergi dari
si D, tiba-tiba teringat akan si T dulu. Coba-coba mengingat kenangan
dulu bersamanya di SMA. Bersamanya
yang berarti Saya dan Dia berada satu sekolahan dan saya ngefans Dia, udah
cukup itu tak lebih. Sudah dirasa cukup mengingatnya, maka saya memutuskan
untuk mengejar impian yang tertunda ini. Cari-cari informasi, akhirnya dapet
pin BB. Cari-cari informasi lagi, dapet info Dianya single. Cari-cari informasi
lagi, kayaknya ada yang sedang cari-cari informasi sama Dia. Kesel sebel, terus
setelah di cari-cari informasi, ternyata yang mencari-cari informasi si Dia
adalah saya sendiri. Cari-cari informasi lagi... Oke stop! Akhirnya momen-momen
seperti ini tiba. Tak ingin menyianyiakan kesempatan seperti ini, persiapkan
mental berangkat berperang. Langkah pertama dimulai dengan menginvite..
langsung diterima, oke quick response. Lanjut sesi tanya jawab, quick response.
Sesi tukar-menukar pembahasan.. feedback baik.. quick response. Sok-sok coba ngelukis wajahnya terus kirim ke
Dia, quick response juga.. di DELCONT. Iya berakhir sudah kesempatan satu
minggu berbincang-bincangnya. Udah segitu doang, kelanjutannya masih mikir mau
usaha gimana lagi. Berhubung udah di Delcont, itupun satu-satunya cara bisa
berhubungan dengan Dia. Putus asa? Iya enggak lah, tak pernah ada kata putus
asa dalam kamus kehidupan saya. Sedih sakit? Ini baru ada dalam kamus kehidupan
saya. Ini baru awalnya bro, perjuangan masih jauh.. tak apa sakit di awalnya.
Siapa tau nanti kelanjutannya sakit-sakitan *eh.
Yang jelas sih beberapa jam setelah tulisan ini selesai dibuat, pagi akan
menjelang. Sang fajar akan memunculkan senyumnya, yang berarti ketika saya
terbangun. Jelas ada suatu impian yang ingin saya kejar. Dan di salah satu
impian tersebut terselib nama KAMU.
Komentar
Posting Komentar