Terlahir di era 90’an, berkembang di abad ke 20’an. Seorang anak ingusan yang berangan-angan menjadi tokoh pahlawan. Namun takdir tak berpendapat demikian. Sangat disayangkan. Sudah udahan, jangan diteruskan. Kasihan.
Beberapa kalimat diatas merupakan secuil pembuka untuk menggambarkan tentang diri saya. Simple tapi elegan. Terdiri dari 6 kalimat dan 1 paragraf. 6 kalimat paling menjengkelkan yang pernah saya buat. Mau tahu kenapa? Karena 6 kalimat ini adalah 6 kalimat paling sulit yang pernah saya buat. Butuh waktu 3 jam untuk menyelesaikannya. 3 jam, waktu yang relatif tidak sebentar. Dan apabila di jabarkan, menjadi 1/8 dari 24 jam. Lebih jelas lagi, 1/8 dari satu hari kehidupan saya di dunia hanya terbuang sia-sia untuk menyelesaikan 1 paragraf pembukaan. BODOHKAN. Itulah kenapa otak ini berontak, seraya berkata “Serang, serang dan serang”. Serangan yang tak lain tak bukan ditujukan untuk 1 paragraf pembukaan. 1/8 dari 24 jam, atau lebih tepatnya 3 jam. 3 jam penyiksaan, dimana otak dipacu untuk berpikir lebih keras dan keras lagi. 3 jam yang menguras isi dalam otak. Bisa dibayangkan seberapa parah paragraf tersebut menyiksa diri saya. Dalam keseharian saya, hanya dibutuhkan waktu 15 menit untuk menghabiskan makanan, lalu 20 menit untuk membersihkan badan dan 5 menit untuk membuat mie instan. Tapi entah kenapa untuk menyelesaikan satu paragraf berisikan 6 kalimat ini membutuhkan waktu 3 jam’an. Kutukan macam apa ini. Jika lampu ajaib Aladiin itu benar-benar ada. Satu permintaan yang akan saya ajukan, tak lebih. Satu permintaan dimana 1 paragraf di atas diwujudkan dalam bentuk seseorang. 1 paragraf yang berubah menjadi sesosok manusia lemah tak berkekuatan. Sesosok manusia yang siap saya tendang dan binasakan dari muka bumi ini. Setimpal dengan perbuatannya ketika masih berupa gundukan kalimat. Gundukan kalimat paling kejam semacam pemimpin dunia kegelapan. Mungkin dia sekarang tertawa terbahak-bahak di atas penderitaan saya. Tapi jangan senang dahulu, pembalasan selalu lebih kejam.
Konspirasi. Iya itulah yang terjadi sekarang ini. Tak tahu siapa dalang sebenarnya di balik semua ini. Yang jelas 1 paragraf tersebut tak mungkin bekerja sendirian tanpa ada bantuan dari yang lain. Oke sejenak kita pikirkan siapakah kawan-kawan yang bersekutu dengan si paragraf sialan. Kecurigaan mulai muncul di otak saya, apakah ini semua ulah “Si Laptop” yang duduk santai di depan muka saya. Berusaha menjernihkan pikiran, tak jauh dari sebelah kanan tangan saya ada secangkir gelas berwarna hijau berisikan air putih. Sejenak tangan ini meraihnya dan mencoba untuk meminumnya. Lega bercampur curiga saya rasakan. Lega karena tubuh menjadi fresh kembali, sedangkan curiga karena secangkir gelas ini bisa jadi adalah dalang di balik semua konspirasi diatas. Semua masih abu-abu. Apapun di ruangan ini bisa jadi tersangka utama dari konspirasi tersebut. Yang jelas Handphone sudah siaga di tangan, jaga-jaga jika si pelaku ketemu bisa berguna untuk di laporkan ke pihak yang berwenang. Tunggu sebentar, salah satu dari benda di ruangan ini adalah tersangka utama. Itulah petunjuk dari semua ini. Ya.. oke jadi begitu. Jika saya mencoba untuk berkoalisi dengan “Handphone” yang berada di telapak tangan, apakah itu tidak bahaya. Bahaya bagi kelangsungan penyelidikan ini nantinya. Bisa jadi “Handphone” ini adalah umpan bagi diri saya, yang mencoba untuk mengawasi dan bersiap menyerang. Mencegah tindakan bodoh yang akan saya lakukan selanjutnya. Oke semua itu tak akan pernah terwujud karena saya mengetahuinya terlebih dahulu. Bisakah “Handphone” ini digunakan sebagai persiapan senjata terakhir? Jawabannya adalah bisa. Ledakan, iya ledakan yang sangat mematikan bisa membunuh saya dengan cepat dan tak akan meninggalkan jejak sedikitpun. Jika itu terjadi maka sudah jelas tak akan ada tuduhan sama sekali untuk memutuskan bahwa si pelaku adalah pembunuh dari semua ini. Semua akan bicara bahwa semua ini terjadi karena kecerobohan produsen “Handphone” yang menyebabkan produknya menyimpan kecacatan atau bisa juga karena kecerobohan saya sendiri saat meng-charge “Handphone” sehingga timbullah suatu ledakan. Itulah alasan kenapa “Handphone” ini harus segera dijauhkan dari sekujur tubuh saya. Kembali ke masalah “Laptop”, apakah ini benar perbuatannya. Secara teori, memang dia adalah pelaku yang paling mungkin menggerakkan semua ini. Dengan kecanggihan otaknya dia berusaha memanipulasi cahaya dari tampilan layar. Menyelipkan pesan-pesan rahasia yang ditransferkan di otak tanpa sepengetahuan dari saya. Pesan-pesan berupa kebingungan yang menyesatkan. Tak hanya itu, bisa jadi dia juga memodif tampilan keyboard luarnya menjadi sehalus dan seempuk kursi sofa. Yang efeknya jelas membuat tangan saya tetap betah untuk memegangnya. Rangkaian rencana yang tersusun dengan sangat rapi, di bantu dengan “Handphone” yang digerakkan “Laptop” melalui saluran kabel USB yang menancap padanya. Jika disusun berdasarkan urutan, maka akan menjadi seperti ini. “Laptop” berusaha mengirim kode-kode rahasia ke otak saya, sehingga menghasilkan kebingungan. Sementara kode-kode yang lain menganjurkan untuk terus berjuang mengalahkan kebingungan itu sendiri. Selanjutnya keyboard berperan besar dalam hal kenyamanan, sehingga tangan saya menjadi terbiasa dan nyaman. Waktu berlalu selama 3 jam dan akhirnya paragraf tersebut selesai. Sampai disitu jelas kekesalan akan muncul di benak saya, dan secara otomatis otak akan terprogram secara langsung untuk membenci paragraf tersebut. Pengalihan yang sangat-sangat menakjubkan, tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Tinggal satu masalah yang belum terpecahkan. Apa dan kenapa semua ini terjadi pada diri saya. Ada 3 opsi yang paling mungkin terjadi. Pertama, mungkin “Laptop” sudah mulai lelah dengan jam aktif yang diterapkan ke dirinya. Kedua, mungkin “Laptop” merasa bahwa hak-haknya sebagai bagian dari dunia ini harus ditegakkan, seperti misalnya tentang kebersihan maupun perawatan dirinya. Atau yang ketiga ini lebih parah, “Laptop” berusaha menguasai seluruh dunia dengan cara memanipulasi diri saya. Entahlah yang benar yang mana, yang jelas semua rencana buruk dari “Laptop” ini akhirnya terbongkar dan untuk sementara seluruh dunia dan seisinya aman untuk jangka waktu sementara. Tak tahu apa rencana selanjutnya dari “Laptop” ini karena otak kejeniusannya melebihi kemampuan diri saya. Tapi sampai kapanpun saya akan berjuang dan berjuang untuk menyelamatkan seluruh dunia dari genggamannya. Meskipun itu butuh pengorbanan dari diri saya.
Ketika semua sudah terpecahkan
dan badan mau beranjak ke kasur tempat peristirahatan. Tiba-tiba perasaan aneh
muncul seketika. Seperti sebuah petunjuk yang datang secara tiba-tiba, jatuh
dari langit. Seperti ada yang menuntun diri ini untuk berpikiran seperti itu
semua. Mencegah hal-hal lebih buruk lagi, akhirnya “Laptop” saya matikan dalam keadaan layar belum tertutup. Layar
mulai nampak meredup dan tersisa kegelapan di dalamnya. Dan alangkah terkejutnya
ketika disitu tampak ada sesosok mata yang seperti memberikan kode sandi
rahasia ke layar “Laptop”. Setelah
diamati dengan teliti ternyata itu adalah bayangan sepasang mata saya yang
sedang memberikan kode sandi rahasia ke “si
Laptop”. Menjalankan strategi
busuknya lewat “Laptop”. Menjalankan
semuannya tanpa terlihat, dan bahkan tanpa bekerja. Semuanya sudah diatur dan
ditransferkan ke dalam “Laptop”. Mata
ini, ah ini tidak mungkin. Mata yang berhubungan langsung ke “OTAK”.
Yaaa, semua pesan yang disampaikan atau digerakkan oleh anggota tubuh tak lain
tak bukan adalah perintah utama dari “Otak”
manusia. Tuduhan-tuduhan yang telah saya jabarkan sebelumnya mungkin merupakan
manipulasi dari “Otak” saya agar
pelaku utama dari semua konspirasi ini tertuju pada “Si Laptop”. Aneh “Otak”
jenius ini ternyata yang telah membuat stres pada diri saya sendiri. “Otak” yang selama ini telah menjadi
bagian dari tubuh saya sendiri. Penghianatan, jelas itulah latar belakang dari
semua ini. Dia ingin membunuh saya dengan stres yang dia buat. Kemudian
berangsur-angsur semua itu akan menjadi semakin parah dan ujung-ujungnya
kematian. Apa yang diharapkan dari kematian tubuh saya? Jelas penghianatan
untuk melepaskan diri dari tubuh saya dan berpindah tempat ke tubuh lain yang
lebih sempurna untuk menjalankan strategi buruknya, DAMN. Semoga sampai
kapanpun semua itu tak akan pernah terwujud. Dan permintaan maaf akhirnya saya
sampaikan ke “Laptop” manis yang
berada di depan saya, juga “Handphone”
imut disamping tangan saya. Tak lupa “Gelas
Hijau” cantik yang telah saya tuduhkan sebelumnya. Semuanya tak terlewat
dari ucapan permintaan maaf saya. Semoga dengan kejadian ini persahabatan saya
dengan Laptop, Handphone dan Gelas Hijau tak akan pernah memudar.
Hingga semuanya terpisahkan oleh kematian. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar