“GOAALL!!
Seseorang berlari dari kursi tim menuju tiang pojok bendera, apa yang dilakukannya?
Ohh itu bukan Sir Alex!”
“Jangan
main-main bung, ini Old Trafford,” timpal beberapa pendukung United.
Bukan..
ini bukan Fergie Time, tak nampak Sir Alex melihat jam di tangannya. Lantas
siapa dia? Berani-beraninya berlari didepan United Fans yang sedang bernyanyi
di tribun Stretford End. Siapa dia?
“I’m
Jose Mourinho and I’m The Spesial One.”
Kejadian
itu terjadi di tahun 2004, ketika Porto ‘timnya’ menaklukkan Manchester United
di ajang Liga Champions, ajang yang membawa kesuksesan pertamanya di benua
Eropa. Tak berhenti disitu, selang beberapa saat Chelsea datang dan
merekrutnya. Dihari dimana dia datang untuk pertama kalinya di Inggris, didepan
semua wartawan yang menunggunya, saya masih ingat apa kata-kata yang
diucapkannya pada saat itu. Dengan wajah sedikit angkuh dia berkelakar:
“Please
do not call me arrogant because what I say is true. I’m European Champion, I’m
not one out of the bottle, I think I’m The Special One.” BOOM!
Tamparan
keras bagi manajer-manajer Liga Inggris lainnya, bahkan saat itu Sir Alex menjulukinya
si bocah baru yang bengal, Sir Alex melanjutkan, dengan berkata bahwa dia
ibarat prajurit yang baru datang ke suatu daerah, tanpa bosa-basi langsung
memberondong senapan ke segala penjuru arah. Meskipun, pada akhirnya Sir Alex
mengakuinya sebagai bocah yang memiliki kepribadian hampir sama dengannya.
Terbukti dengan jamuan anggur yang tak pernah dilewatkan keduanya sesaat
setelah bertemu disetiap duel yang mempertemukan keduanya.
Namun
itu semua terjadi 12 tahun yang lalu, sekarang sedikit berbeda cerita. Setelah
predikat The Special One lama melekat pada dirinya, keangkuhannya berlanjut
dengan meresmikan predikat The Happy One bagi dirinya. Tapi seperti yang
dikatakan pepatah, bahwa roda kehidupan itu selalu berputar.. adakalanya hidup
akan berada dipuncak namun adakalanya juga hidup akan berada di bawah. Itu juga
yang sekarang lagi dirasakan oleh ‘Mou’ sapaan akrab Mourinho. Setelah musim
keduanya yang gemilang bersama Chelsea, tragedi kurang mengenakkan terjadi di
tahun ketiganya membesut Chelsea. Musim yang buruk.. perselisihan internal..
kurang harmonis dengan pemilik klub.. dan berakhir dengan pemecatan. Media
langsung bereaksi, Mou yang tak spesial lagi, itu headline yang mereka tulis di
sampul depan koran-koran besar Inggris.
Tapi,
bukan Mou namanya jika tak menarik banyak kalangan. Mou ibarat gula yang selalu
diperebutkan oleh para semut. CVnya sudah membuktikan bahwa pelatih hebat tak
perlu mendatangi satu persatu gedung teater untuk mempertunjukkan drama
kolosialnya. Betul, tak berselang lama setelah dipecat, Manchester United
merekrutnya. Setelah beberapa stadion hebat sudah pernah dikunjunginya,
sekarang giliran Theatre of Dreams yang sudah siap untuk mementaskan drama
kolosialmu Mou!
Impiannya
tercapai, melatih klub yang dia hormati, tapi itu tak semudah yang dipirkannya.
Sekarang sudah akan masuk bulan Desember, berminggu-minggu semenjak dirinya
berada di Old Trafford, tapi sedikit heran. Karena tak nampak kakinya berlari sekencang
seperti yang pernah dia lakukan dulu waktu membawa Porto mengalahkan United. Apakah
semua berjalan tak sesuai rencana Mou?
Saya
adalah United fans, dan jujur saya juga adalah penggemar Mourinho. Saya
mengaguminya sebagai pelatih yang hebat. Jadi ketika Manchester United
diumumkan akan dilatih oleh Mourinho, itu seperti mimpi yang terkabul. Pelatih
yang saya kagumi melatih klub yang saya dukung. Sempurna.
Tapi,
saya sedikit kecewa akhir-akhir ini.. bukan karena MU yang tak kunjung meraih
hasil baik. Tapi lebih spesifik ke sifat dari Mourinho.
Saya
sedikit kecewa karena Mourinho yang dulu saya kenal tak nampak lagi dalam
dirinya, Mourinho yang saya kenal adalah Mou yang akan dengan sangat gampang
memborbardir semua lawan. Entah itu media, klub lain, atau pelatih-pelatih
lain. Setiap minggu saya menunggu hingga Mou mengeluarkan kata-kata ajaibnya
yang menurut saya malah akan mengangkat performa anak asuhnya. Mou seperti
memilih diam, menahan diri untuk memunculkan karakter aslinya. Banyak yang
bilang, bahwa sifat Mou yang berdiam diri karena ada tekanan dari
petinggi-petinggi United yang tak ingin United tercoreng namanya hanya karena
tingkah laku Mourinho. Tapi kebenaran akan berita tersebut masih diperdebatkan.
Kalau
saya boleh berpendapat, kenapa sih United susah payah menahan sifat asli
Mourinho yang blak-blakan? Enggak penting sekali. Seseorang tak akan
mengeluarkan keahlian terbaiknya kalau dirinya selalu disuruh untuk menjadi
orang lain. Kenapa harus takut menjadi diri sendiri jika itu bisa berdampak
positif? CVnya sudah membuktikan bahwa dia layak untuk menjadi seseorang yang
spesial. So why not? Be yourself Mou!
“Saya
ingin melihat Mourinho seperti dulu lagi, seorang MOURINHO MELAWAN DUNIA,” kata
Phil Nevile ketika ditanya tentang hasil buruk United akhir-akhir ini.
Jadi,
dari hati yang terdalam.. dari seorang bocah yang sudah mencintai Manchester
United dari mulai SD kelas 3. Saya mohon, jadilah seperti Mourinho yang saya
kenal dahulu. United sama seperti dirimu, sama-sama dibenci. Mereka semua iri
dengan kehebatan United dan kehebatanmu. Atau mereka takut United akan bangkit
lagi seperti yang sudah dibuktikan oleh sejarah.
Bungkamlah
mulut-mulut orang, yang merasa dirinya menjadi Einstein-Einstein baru di dunia
sepakbola. Lakukanlah seperti yang sudah kamu lakukan pada semua klub yang
pernah kamu jadikan juara. Tak perlu ditahan, karena sekarang waktu yang tepat
untuk memberondong mereka semua dengan senapan.
Komentar
Posting Komentar