Nama tak sekedar pengenal, atau sekedar kata yang diucap orang untuk memanggil kita. Lebih dari itu, nama adalah identitas diri yang mengandung makna tersembunyi, pemberian dari orang tua. Jika masih ada yang ngeyel bahwa nama hanyalah sekedar pengenal, maka orang tersebut tak pernah belajar tentang kasus-kasus pembunuhan yang berhubungan dengan sidik jari.
Seperti kebanyakan orang, saya juga mencari makna dibalik nama saya sendiri. Nama saya adalah Yusuf Salahudin, tak seperti kebanyakan nama orang di Indonesia, nama saya lebih kearab-araban. Ya mungkin karena saya dilahirkan di lingkungan Islam yang sangat kental, sehingga nama saya terpengaruh akan ajaran-ajaran Islam maupun tokoh-tokoh didalamnya. Karena ada sedikit kemiripan nama dengan Nabi Yusuf A.S, maka saya sangat tertarik sekali jika membaca maupun memdengar kisa tentang Nabi Yusuf A.S. Karena menurut saya, orang tua terinspirasi akan kisah Nabi Yusuf A.S hingga menamai anaknya menjadi Yusuf Salahudin. Namun ternyata itu salah! Dengan beranjaknya usia, lingkungan yang berbeda-beda dan kecanggihan informasi seperti saat ini. Saya menyadari bahwa saya salah dalam memahami arti nama saya sendiri. Sedikit malu sih, tapi tak apalah karena lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan?
Akhirnya pencarian saya menemukan hasil, “Salahuddin Al Ayubbi”. Tokoh besar Islam yang saya cari-cari selama ini. Dengan magis-NYA Tuhan mempertemukan saya dengan tokoh hebat ini melalui kisah-kisahnya.
Namanya adalah Salahuddin Yusuf bin Ayyub atau lebih terkenal dengan nama Salahuddin Al Ayubbi. Seorang panglima perang besar Islam yang menaklukkan Kota Jerusalem. Berbagai cerita saya pelajari dari sosok ini, hingga saya memutuskan untuk mengambil sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan orang. Saya masih percaya, bahwa agama saya adalah agama yang menyebarkan cinta kasih dan perdamaian. Dan saya juga percaya bahwa cinta kepada-NYA adalah jihad tertinggi di jalan-NYA.
Saya sedikit aneh dengan kebanyakan orang Islam sekarang, mereka sangat antusias sekali mendengar kisah-kisah pertempuran heroik disejarah Islam. Padahal jika lebih dicermati lagi, peperangan hanyalah sebagian kecil dari Islam itu sendiri. Masih banyak yang bisa dipelajari dari Islam, seperti bagaimana Nabi Muhammad SAW memberikan contoh keteladanannya, tokoh-tokoh besar pembaharu Islam, Penyair-penyair Islam, kesufian tokoh-tokoh Islam, Ilmuan-ilmuan Islam, dan masih banyak lagi contohnya. Tapi anehnya, kaum-kaum muda seperti males untuk mempelajari semua itu, karena baginya perang lebih menarik. Mungkin karena mereka terlalu sering bermain game ‘Clash Of Clan’ daripada belajar keramahan Islam!
Salahuddin Al Ayyubi, sedikit berbeda sih apa yang saya bayangkan dari kebanyakan orang. Oke saya tahu kisah heroiknya membebaskan Kota Jerusalem dari tentara salib. Tapi apakah kalian juga tahu bahwa Salahuddin pernah memberikan kudanya untuk Raja Inggris ‘Richard I’ hanya karena tidak ingin melihat Raja Inggris berjalan kaki saat akan diserang. Padahal saat itu posisi kaum muslim lagi di atas angin. Kerendahatiannya lah yang harusnya ditiru oleh kaum muslimin sekarang ini. Saya juga lebih suka mendengarkan kisah Salahuddin yang berhasil menaklukan Kota Jerusalem dan menjamin keselamatan musuhnya, bukan hanya sekedar cerita penaklukkannya saja. Tahu enggak kalian dengan cerita itu? Atau jangan-jangan hanya keberhasilan penaklukkannya saja yang kalian baca. Saya kasih tahu lagi, Salahuddin adalah orang yang memberikan kebebasan untuk umat Kristiani beribadah di Gereja Makam Suci meskipun dia sudah menaklukkan kota tersebut, mengapa? Seperti yang tergambar dalam Film ‘Kingdom Of Heaven’, Salahuddin berkata, “muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah agama lain”. Itulah alasannya! Cerita diatas mungkin sedikit menyakiti kaum muda muslim yang sedang giat-giatnya berjihad dengan kekerasan. Sadarkah? Bahwa Salahuddin yang diceritakan dibanyak media sebagai tokoh perang yang tegas ternyata juga mempunyai sifat pemaaf dan murah hati.
Belajar dari kisah Salahuddin tersebut, akhirnya saya simpulkan bahwa jihad tak melulu tentang peperangan. Atau lebih khususnya jihad itu bukan tentang kekerasan saja tapi juga tentang cinta. Jihad bukanlah berteriak Allahu Akbar kemudian dengan mudah menjadi paling benar sendiri. Atau dengan sedikit bercanda, saya katakan bahwa jihad bukanlah berkendara disertai pekikan Allahu Akbar tanpa menggunakan helm di kepala. Karena ujung-ujungnya nanti malah ditangkap pak polisi. Seperti yang saya katakan diawal, banyak jalan untuk mencintai-NYA. Ayo, kita sama-sama belajar, bahwa Islam itu sangat luas. Pelajari tokoh-tokoh hebat Islam dibidang lainnya. Agar kita tak menjadikan Islam itu keras tapi menjadikan Islam itu ramah dan agama perdamaian.
Komentar
Posting Komentar