Ketika aku kelaparan dikos-kosan,
Bukan kamu yang memberiku mie instan, tapi Tuhanlah yang memberi itu
Ketika aku sakit terkoyak berkali-kali,
Tak sedikitpun kau menengokku, Tuhanlah yang melihat dan mengobatiku
Ketika aku sedih semua orang membenciku,
Kau malah orang pertama yang melakukan itu padaku
Sementara Tuhan? Berkali-kali aku menyakiti-NYA
Sebaliknya Tuhan tetap memelukku dalam kasih sayang-NYA
Ketika aku kesepian,
Kau, bahkan mungkin menganggapku tidak lebih penting dari angin yang berhembus
Sedangkan Tuhan Maha Besar menemani dimanapun hamba-NYA berada
Termasuk aku, begitu juga padamu
Pantas.. dari situ kuputuskan meninggalkanmu
Meninggalkan semangat menggebu-gebu menginginkanmu atau memilikimu,
Karena aku lebih tertarik jatuh cinta dengan pemilik cinta sejati
Keindahan sejati,
Yang selalu ADA untuk hamba-hamba-NYA
Yang kekal, pantas untuk dicinta
Yang fana sepertimu, tak lebih dari debu-debu beterbangan
Madiun, 12 September 2017
Bukan kamu yang memberiku mie instan, tapi Tuhanlah yang memberi itu
Ketika aku sakit terkoyak berkali-kali,
Tak sedikitpun kau menengokku, Tuhanlah yang melihat dan mengobatiku
Ketika aku sedih semua orang membenciku,
Kau malah orang pertama yang melakukan itu padaku
Sementara Tuhan? Berkali-kali aku menyakiti-NYA
Sebaliknya Tuhan tetap memelukku dalam kasih sayang-NYA
Ketika aku kesepian,
Kau, bahkan mungkin menganggapku tidak lebih penting dari angin yang berhembus
Sedangkan Tuhan Maha Besar menemani dimanapun hamba-NYA berada
Termasuk aku, begitu juga padamu
Pantas.. dari situ kuputuskan meninggalkanmu
Meninggalkan semangat menggebu-gebu menginginkanmu atau memilikimu,
Karena aku lebih tertarik jatuh cinta dengan pemilik cinta sejati
Keindahan sejati,
Yang selalu ADA untuk hamba-hamba-NYA
Yang kekal, pantas untuk dicinta
Yang fana sepertimu, tak lebih dari debu-debu beterbangan
Madiun, 12 September 2017
Komentar
Posting Komentar